” Kelapa sawit tidak hanya efisien dalam penggunaan air, tetapi juga berperan penting dalam pelestarian tanah dan air ”
ULASINDONESIA.COM., MUNA, SULAWESI TENGGARA – Menjadi tanaman yang boros air adalah persepsi dan stigma negatif yang melekat pada tanaman Kelapa Sawit.
Sama halnya dengan kebun kelapa sawit yang dianggap tidak ramah lingkungan karena mengancam ketersediaan air suatu wilayah hingga berpotensi menyebabkan suatu daerah menjadi gurun.
Dikutip dari halaman resmi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), bahwa berdasarkan hasil penelitian Coster (1938) yang meneliti kebutuhan air beberapa tanaman jauh sebelum kebun sawit berkembang menunjukan, bahwa dengan menggunakan indikator evapotranspirasi tanaman, tanaman Bambu dan Lamtoro tergolong boros air dengan kebutuhan sekitar 3.000 mm per tahun. Kemudian posisi selanjutnya disusul oleh tanaman akasia sebesar 2.400 mm per tahun, dan sengon sebesar 2.300 mm per tahun. Sementara tanaman pinus dan karet memiliki tingkat evapotranspirasi sekitar 1.300 mm per tahun, sedangkan tingkat evapotranspirasi kelapa sawit hanya sekitar 1.104 mm per tahun.
Dalam Penggunaan Air, jika dilihat berdasarkan indikator transpirasi atau jumlah air yang menguap ke atmosfer melalui tanaman akibat proses respirasi dan fotosintesis, beberapa studi mengungkapkan bahwa kelapa sawit memiliki nilai yang paling rendah yakni sekitar 0.46 mm per tahun. Tanaman karet sebesar 2.44 mm per tahun, tanaman kakao sebesar 0.5 sampai 2.2 mm per tahun, dan hutan primer sebesar 1 sampai 1.7 mm per tahun.
Olehnya itu, berdasarkan kedua indikator tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan air pada tanaman sawit paling sedikit jika dibandingkan dengan tanaman lainnya.
Sementara hasil penelitian Makonnen & Hoekstra (2010) yang melakukan studi perbandingan kebutuhan air produk pertanian menggunakan konsep “water footprint”. Konsep ini dapat diartikan sebagai jumlah total air (air tawar) yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk pertanian.
Dari hasil penelitian tersebut, sawit membutuhkan air paling sedikit diantara tanaman minyak nabati lainnya. Sawit juga relatif sustainable jika dibandingkan tanaman minyak nabati lainnya yang disebabkan sebagian besar air yang digunakan bersumber dari air hujan.
Olehnya itu, kontribusi positif sawit selain efisiensi, juga memberikan kontribusi positif dalam melestarikan tanah dan air. Sebab kelapa sawit memiliki struktur pelepah yang berlapis serta mampu menaungi lahan (canopy cover) mendekati 100 persen pada usia dewasa sehingga dapat melindungi tanah dari pukulan langsung air hujan dan meminimalisir erosi akibat water run-off.
Selain itu, kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut yang masif, luas dan dalam atau membentuk sistem biopori alamiah yang memiliki kemampuan untuk menahan air (water holding capacity) melalui peningkatan infiltrasi air hujan ke dalam tanah sehingga mencegah water run-off dan menyimpan cadangan air di dalam tanah.
Penulis: Yhoedi
REDAKSI