ULASINDONESIA.COM.,SULAWESI TENGGARA – Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) memiliki potensi besar. Hal ini didukung kondisi geografis dan ekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian yang ditandai dengan banyaknya komoditas unggulan pada sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Untuk mengelolah semua kekayaan alam dan potensi pertanian tersebut dibutuhkan peranan para pemuda atau milenial, salah satunya melalui regenerasi petani. Peranan para petani muda yang siap melakukan regenerasi untuk mendorong, mengembangkan dan menciptakan terobosan agar produksi pertanian lebih efisien, efektif, berkualitas dan terintegrasi.
Menyadari hal itu, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terus berupaya melakukan regenerasi petani, sebagai salah satu strategi program aksi mewujudkan swasembada dan ketahanan pangan di Sultra.
Kepala Distanak Sultra, La Ode Muhammad Rusdin Jaya mengatakan untuk meningkatkan kualitas petani, pihaknya melakukan penyuluhan, sekolah lapang, dan peningkatan kapasitas bagi penyuluh. Termasuk berupaya bermitra dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra dalam menciptakan petani milenial.
“Kita regenarasi petani, harus kita bangun, petani kita ini sudah tua-tua semua, kita berharap ada petani milenial. Kalau di negeri lain, petani itu berdasi semua, kita berharap ke depan Sultra melahirkan petani berdasi,” kata La Ode Muhammad Rusdin Jaya, Jumat (15/12/2023).
Apalagi berdasarkan perhitungan, kata Kepala Distanak Sultra, nantinya bakal ada masa kelangkaan pangan. Olehnya itu, peran petani dalam menyangga ketahanan pangan bagi negara sangatlah sentral, sehingga harus selalu didukung oleh semua pihak, termasuk pemerintah. Ia pun berharap, agar hasil panen petani ke depan semakin baik.
“Pada tahun 2019 pernah disampaikan, bahwa tahun 2040 Indonesia akan krisis pangan. Untuk itu, diharapkan para petani di Sulawesi Tenggara bisa naik kelas dalam artian pemahaman dalam bertani. Agar nantinya para petani bisa bertahan di titik tersebut dengan adanya stok pangan yang dihasilkan sendiri,” jelasnya.
Rusdin Jaya menilai regenerasi petani begitu penting untuk dilakukan melihat alasan dan dampak untuk ketahanan pangan. Regenerasi petani perlu dilakukan karena melihat dari usia petani yang semakin tua ini mengakibatkan penurunan kinerja dalam bidang pertanian.
Dikatakan, tujuan regenerasi petani adalah mengurangi permasalahan ketersediaan tenaga kerja pertanian di Sultra, mengubah usaha pertanian menjadi menantang, sehingga akan banyak generasi milenial yang tertarik bergelut di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan.
Selain itu, petani milenial juga diarahkan untuk dapat memanfaatkan teknologi guna menghasilkan produk pertanian berkualitas dan mampu berdaya saing, menumbuhkembangkan kewirausahaan muda pertanian, serta menciptakan pertanian maju, mandiri, dan modern.
“Kita sudah mulai berjalan kurang lebih tiga tahun, kita meningkatkan sekolah lapang bagi para petani dan pelatihan lainnya. Jadi pelatihan itu akan menyebar ke 17 kabupaten dan kota,” ungkapnya.
“Sasaran inovasi petani milenial adalah mewujudkan regenerasi petani di Sultra dengan pemanfaatan lahan-lahan tidak produktif, penerapan teknologi tepat guna serta penumbuhan wirausahawan muda di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan yang mandiri dan berkelanjutan,” lanjutnya.
Ia menambahkan, PR yang harus diselesaikan pemerintah salah satunya adalah bagaimana cara agar petaninya makmur. Jika petani makmur, maka regenerasi profesi mulia sebagai petani akan terus berjalan. Jika suatu negara mengalami krisis pangan, maka akan mudah dikuasai negara lain.
“Tugas kita adalah memakmurkan petani dan regenerasi, karena mereka adalah pahlawan yang menjaga ketahanan pangan bangsa. Kami akan terus memberikan edukasi, pendampingan, agar nanti ada regenerasi dalam pengerjaan lahan sawah. Kita harus berdikari, swasembada pangan,” tandasnya. (Adv).
KENDARI – Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) memiliki potensi besar. Hal ini didukung kondisi geografis dan ekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian yang ditandai dengan banyaknya komoditas unggulan pada sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Untuk mengelolah semua kekayaan alam dan potensi pertanian tersebut dibutuhkan peranan para pemuda atau milenial, salah satunya melalui regenerasi petani. Peranan para petani muda yang siap melakukan regenerasi untuk mendorong, mengembangkan dan menciptakan terobosan agar produksi pertanian lebih efisien, efektif, berkualitas dan terintegrasi.
Menyadari hal itu, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terus berupaya melakukan regenerasi petani, sebagai salah satu strategi program aksi mewujudkan swasembada dan ketahanan pangan di Sultra.
Kepala Distanak Sultra, La Ode Muhammad Rusdin Jaya mengatakan untuk meningkatkan kualitas petani, pihaknya melakukan penyuluhan, sekolah lapang, dan peningkatan kapasitas bagi penyuluh. Termasuk berupaya bermitra dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra dalam menciptakan petani milenial.
“Kita regenarasi petani, harus kita bangun, petani kita ini sudah tua-tua semua, kita berharap ada petani milenial. Kalau di negeri lain, petani itu berdasi semua, kita berharap ke depan Sultra melahirkan petani berdasi,” kata La Ode Muhammad Rusdin Jaya, Jumat (15/12/2023).
Apalagi berdasarkan perhitungan, kata Kepala Distanak Sultra, nantinya bakal ada masa kelangkaan pangan. Olehnya itu, peran petani dalam menyangga ketahanan pangan bagi negara sangatlah sentral, sehingga harus selalu didukung oleh semua pihak, termasuk pemerintah. Ia pun berharap, agar hasil panen petani ke depan semakin baik.
“Pada tahun 2019 pernah disampaikan, bahwa tahun 2040 Indonesia akan krisis pangan. Untuk itu, diharapkan para petani di Sulawesi Tenggara bisa naik kelas dalam artian pemahaman dalam bertani. Agar nantinya para petani bisa bertahan di titik tersebut dengan adanya stok pangan yang dihasilkan sendiri,” jelasnya.
Rusdin Jaya menilai regenerasi petani begitu penting untuk dilakukan melihat alasan dan dampak untuk ketahanan pangan. Regenerasi petani perlu dilakukan karena melihat dari usia petani yang semakin tua ini mengakibatkan penurunan kinerja dalam bidang pertanian.
Dikatakan, tujuan regenerasi petani adalah mengurangi permasalahan ketersediaan tenaga kerja pertanian di Sultra, mengubah usaha pertanian menjadi menantang, sehingga akan banyak generasi milenial yang tertarik bergelut di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan.
Selain itu, petani milenial juga diarahkan untuk dapat memanfaatkan teknologi guna menghasilkan produk pertanian berkualitas dan mampu berdaya saing, menumbuhkembangkan kewirausahaan muda pertanian, serta menciptakan pertanian maju, mandiri, dan modern.
“Kita sudah mulai berjalan kurang lebih tiga tahun, kita meningkatkan sekolah lapang bagi para petani dan pelatihan lainnya. Jadi pelatihan itu akan menyebar ke 17 kabupaten dan kota,” ungkapnya.
“Sasaran inovasi petani milenial adalah mewujudkan regenerasi petani di Sultra dengan pemanfaatan lahan-lahan tidak produktif, penerapan teknologi tepat guna serta penumbuhan wirausahawan muda di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan yang mandiri dan berkelanjutan,” lanjutnya.
Ia menambahkan, PR yang harus diselesaikan pemerintah salah satunya adalah bagaimana cara agar petaninya makmur. Jika petani makmur, maka regenerasi profesi mulia sebagai petani akan terus berjalan. Jika suatu negara mengalami krisis pangan, maka akan mudah dikuasai negara lain.
“Tugas kita adalah memakmurkan petani dan regenerasi, karena mereka adalah pahlawan yang menjaga ketahanan pangan bangsa. Kami akan terus memberikan edukasi, pendampingan, agar nanti ada regenerasi dalam pengerjaan lahan sawah. Kita harus berdikari, swasembada pangan,” tandasnya. (Adv).
Penulis: La Niati