ULASINDONESIA.COM.,SULAWESI TENGGARA – Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) telah menyusun target dan realisasi tanam tanaman pangan yaitu peningkatan produksi tanaman pangan (Padi) dengan indikator persentase peningkatan produktivitas padi.
Kepala Distanak Sultra, La Ode Muh. Rusdin Jaya mengatakan, ada beberapa permasalahan di bidang pertanian, diantaranya dampak el nino yang ditandai dengan kekeringan serta ketersediaan air kebutuhan sawah terbatas atau berkurang akibat daya tampung sawah dan pendangkalan bendungan
“Juga luas serangan hama tikus dan penggerek batang meningkat. Penggunaan benih bermutu berlabel oleh petani masih terbatas,” kata Rusdin, Selasa (12/12/2023).
Selain itu, sistem penentuan produksi menggunakan sistem kerangka sampling area (KSA) yang didasari oleh luas lahan sawah versi lahan produksi pertanian berkelanjutan (LP28) seluas 82.000 hektare (ha) sementara data luas lahan sawah dari kabupaten/kota seluas 123.000 ha.
“Serta adanya perbaikan irigasi Ameroro dan Wawotobi,” ujar Rusdin
Menurutnya, capaian produksi padi pada 2022 sebanyak 478.958 ton dan proyeksi 2023 sebanyak 482.371 ton. Sementara untuk komoditas jagung, pada 2022 capaian produksi sebanyak 142.966 ton dan proyeksi 2023 sebanyak 56.204 ton
“Untuk kedelai di 2022 mencapai 11.053 ton dan proyeksi 2023 mencapai 3.741 ton,” beber Rusdin
la mengatakan, untuk kesanggupan pencapaian target padi dan jagung pada 2024 sesuai kesepakatan yakni komoditas padi tanam 135.202 ha, panen 130 524 ha dan provitas 4,50 ton/ha dengan total produksi 587.835 ton.
“Sementara komoditas jagung tanam 21.527 ha, panen 20.782 ha dan provitas 4,07 ton/ha dengan total produksi 84.627 ton,” Rusdin menambahkan
Mantan Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sultra ini mengatakan, salah satu faktor penting yang menentukan tingkat hasil tanaman adalah benih.
Benih bersama dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, air, cahaya, iklim menentukan tingkat hasil tanaman meskipun tersedia sarana produksi lain yang cukup, tetapi bila digunakan benih bermutu rendah maka hasilnya akan rendah
Benih bermutu mericakup mutu genetis dan fisiologis. Genetis yaitu penampilan benih murni dari varietas tertentu yang menunjukkan identitas mutu genetis dari tanaman induknya. Sedangkan Mutu fisiologis yaitu kemampuan daya hidup (viabilitas) benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih dan mutu fisik benih,
“Yaitu penampilan benih dilihat secara fisik seperti ukuran homogen, bersih dari campuran, bebas hama dan penyakit, dan kemasan menarik,” pungkas Rusdin. (Adv)
Penulis: La Niati