ULASINDONESIA.COM.,SULAWESI TENGGARA – Penyuluh menjadi garda terdepan dalam peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian yang berdaya saing guna mewujudkan pencapaian swasembada pangan dan penerapan teknologi pertanian yang lebih modern. Sebab keberhasilan pembangunan pertanian memerlukan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) pertanian yang memadai sebagai pelaku utama dan pelaku pendukung.
Dukungan Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terhadap peningkatan kapasitas dan kualitas penyuluh pertanian terus diupayakan. Penyuluh pertanian dimotivasi dalam pengembangan potensi diri dengan meningkatkan kompetensi, kemandirian intelektual, dan sosial sehingga dapat melayani petani dan berusaha tani agar lebih baik.
Kepala Bidang (Kabid) Penyuluhan Distanak Sultra, Dr. Ir. Mazhfia Umar, M.M mengatakan peningkatan produktivitas ada di tangan petani dan penyuluh. Karena itu, Distanak Sultra siap untuk genjot produktivitas dengan mensupport program-program yakni peningkatan produksi ketahanan pangan, peningkatan populasi ternak, dan peningkatan produksi daging petelur.
Untuk menggenjot itu, Distanak Sultra menyiapkan sumber daya manusia yaitu petani dan penyuluh agar bisa meningkatan produksi tersebut. Mendorong jumlah penyuluh agar bisa sesuai dengan wilayah yang ada. Kemudian kapasitasnya juga bisa meningkat, termaksud pengetahuannya, sehingga dia bisa melakukan pendampingan pada kelompok tani.
“Cara untuk meningkatan itu adalah dengan meningkatkan kapasitas penyuluh. Dipenyuluhan tersebut ada tiga fungsi, yaitu fungsi ketenagaan, kelembagaan dan metode informasi. Ketenagaan yang dimaksud adalah penyuluhnya. Jadi tiga tersebutlah caranya kita meningkatkan kapasitas penyuluh dan kelompok tani,” ujarnya, Kamis (7/12/2023).
Lebih lanjut Mazhfia Umar menjelaskan, penyuluh harus mempunyai rencana kerja. Ini kita monitoring ke kabupaten. Penilaian kemampuan adalah tugas utama penyuluh untuk memotret kondisi kelompok taninya sudah sampai sejauh mana. Karena kelompok tani memiliki kelas, ada pemula, lanjut, madya dan utama. Sehingga tugas penyuluh adalah memotret wilayah kerjanya (kelompok tani) tersebut sudah masuk di kelompok mana.
“Tugas kita di provinsi adalah memonitoring sudah sejauh mana pelaksanaannya, sebab indikator kinerja kita adalah naiknya kelas kemampuan kelompok tani dengan target satu tahun naik empat persen. Jika kapasitas kelompok tani tersebut naik, maka dia bisa meningkatkan produksi,” jelasnya.
Dikatakan, untuk meningkatkan kapasitas penyuluh dan petani melalui pelatihan dan pembinaan yang bersumber dari program bantuan luar negeri dan juga kegiatan yang sifatnya reguler yang dibiayai oleh APBD dan APBN. Untuk yang reguler, melakukan bimbingan atau monitoring ke kabupaten terkait dengan tugas pokok dari penyuluh, yaitu mulai dari menyusun program dan juga kegiatan penilaian kelas kemampuan kelompok. Selain itu, ada juga program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) yang merupakan proyek yang bersumber dari Loan Agreement antar Pemerintah Indonesia dengan World Bank (WB) dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).
Tujuan proyek SIMURP adalah optimalisasi dan modernisasi layanan sistem irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan. Pengelolaannya ada pada lintas empat Kementerian dan Lembaga yaitu Bappenas, Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pertanian.
“Kalau yang reguler sangat terbatas kegiatannya, bentuk kegiatannya sekolah lapang, tahun ini ada empat kabupaten yakni Bombana, Koltim, Buton Utara dan Muna. Di dalamnya kita perkenalkan inovasi inovasi yang ada. Setelah itu, kami juga lakukan pembinaan pembinaan. Kemudian ada juga program, yang lebih intensif kita laksanakan tetapi hanya terbatas di beberapa kabupaten saja,” ungkapnya.
Menurut Mazhfia Umar, dari tahun ke tahun, ada peningkatan tetapi tidak begitu banyak. Sebenarnya, target empat persen dapat. Pihaknya merencanakan, akan menaikan target lebih dari empat persen.
“Jumlah penyuluh saat ini sebanyak 898 penyuluh yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Ini sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah desa di Sultra. Idealnya satu penyuluh satu desa. Artinya kita masih kekurangan penyuluh,” pungkasnya. ( ADV )
Penulis : Abhiel