ULASINDONESIA.COM., SULAWESI TENGGARA – Dinas Perkebunan dan Holtikultura Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) kembangkan tanaman holtikultura di beberapa daerah yang ada di Provinsi Sultra.
Tanaman holtikultura yang dikembangkan oleh para petani binaan Dinas Perkebunan ini seperti bawang, tomat dan cabai. Pengembangan tersebut salah satunya dalam rangka menangani inflasi di Sultra.
Dimana, untuk saat ini angka inflasi gabungan dua kota di Sultra yakni Kendari dan Bau-bau secara Y-on-Y sekira 4,80 persen, masih lebih tinggi dari inflasi nasional yakni 4,00 persen.
Selain itu, pengembangan tanaman holtikultura tersebut, termasuk menangani kekurangan dan kelangkaan bibit sayuran tomat, bawang dan cabai.
Kepala Dinas Perkebunan dan Holtikultura Sultra, La Haruna mengatakan bahwa kelangkaan tersebut menjadi pemicu harga bawang, cabai dan tomat melambung tinggi di pasaran.
Apalagi permintaan masyarakat akan kebutuhan komoditas tersebut cukup tinggi, khususnya di wilayah pertambangan di Sultra dan tentu hal itu menjadi penyebab inflasi.
“Seperti harga bawang merah sempat mencapai Rp80 ribu per kilo, sekrarang harganya di pasaran sudah mulai turun jadi Rp20 ribu per kilo. Kalau di petani Rp10 ribu per kilo,” ujarnya.
Lanjut ia menyampaikan bahwa, pengembangan holtikultura yang dimulai sejak Februari 2023 lalu itu baru dilaksanakan di Kabupaten Buton, Konawe Selatan (Konsel), Kolaka, Kolaka Timur (Koltim) dan Konawe.
La Haruna mengatakan program pengembangan ini terus diupdate setiap tahunnya, di mana bibit-bibit tanaman holtikultura tersebut diperoleh melalui pengadaan dari APBD maupun bantuan pusat.
“Tahun ini sudah berjalan dan tahun depan juga akan dimulai. Perkembangannya ya sekarang petani banyak yang panen,” ujarnya.
“Seperti pengembangan bawang merah, tomat dan cabai memang cocok dikembangkan di Buton, itu ada di Kecamatan Sampolawa dan Kapuntori, dengan lahan seluas 100 hektar, petaninya cukup antusias bahkan sudah terbentuk kelompok tani binaan kami, ada sekira 100 orang,” tambahnya menjelaskan.
Dimana, hasil pertanian tersebut kebanyakan dipasarkan di Kota Kendari dan Bau-bau, selain disebarkan ke daerah kabupaten lainnya.
Writer: Fitri