ULASINDONESIA.COM., SULAWESI TENGGARA – Sejumlah komoditas di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami lonjakan harga, salah satunya yaitu komoditas telur ayam ras yang mengalami lonjakan akibat naiknya harga bahan baku pakan ternak yang berimbas pada kenaikan harga telur.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sultra, Ari Sismanto mengatakan bahwa, kenaikan harga tersebut terjadi sejak beberapa hari lalu. Dimana sebelumnya telur dibanderol dengan harga Rp28.000 per kg atau sekitar Rp54.000 per rak, kini menjadi Rp30.000 per kg atau Rp60.000 per rak.
“Karena harga kedelai lagi naik, dan jagung juga cenderung naik dan akhirnya mempengaruhi harga pakan ternak naik dan sedikit terpengaruh juga di harga telur dan daging ayam,” katanya.
“Di Minggu kemarin kita masih normal, tapi ada pergerakan di Minggu ini. Kalau untuk bawang merah sedikit ada kenaikan juga tapi tidak signifikan,” tambahnya.
Lanjut ia menyampaikan, bahwa salah satu daerah di Sultra yaitu Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) terjadi lonjakan indeks perubahan harga, khususnya komoditas beras, ikan kembung, dan juga minyak goreng.
Berdasarkan hal tersebut, tim pengendalian inflasi daerah (TPID) Sultra melayangkan surat ke Kolut dalam hal ini TPID untuk mengambil langkah-langkah dalam menekan laju perubahan harga.
“Kemudian Kolaka Utara juga sudah melakukan rapat, kemungkinan dalam waktu dekat kita akan melakukan intervensi untuk melakukan gerakan pangan murah,” ucapnya.
Menurutnya, terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya indeks perubahan harga untuk beberapa komoditi tersebut, diantaranya curah hujan yang tinggi dan iklim yang tidak menentu. Akibatnya, sebagian panen masyarakat dan juga hasil tangkap nelayan menurun.
Bahkan juga disebabkan oleh kondisi infrastruktur yang kurang memadai sehingga dalam pendistribusian bahan pokok dan barang-barang strategis lainnya sedikit terganggu.
Namun kata dia, ketersediaan pangan di Provinsi Sultra dipastikan mencukupi berdasarkan data neraca ketersediaan dan kebutuhan bahan pokok untuk bulan Mei.
Dimana, untuk stok beras masih diatas 80,023 ton, jagung 9,149 ton, kedelai 675 ton, bawang merah 123 ton. Bawang putih 141 ton, cabai besar 574 ton, cabai rawit 285 ton, daging sapi 527 ton, daging ayam ras 1, 311 ton, telur ayam ras 341 ton, gula pasir 610 ton, dan minyak goreng 182 ton.
“Begitupun untuk kebutuhan yang lain, saya pikir tidak ada stok kita yang terbatas,” tutupnya.
Writer: Fitri