ULASINDONESIA.COM., KENDARI – Kasus Demam Berdarah (DBD) di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami peningkatan sepanjang tahun 2022 di bandingkan dengan tahun 2021.
Hal itu disampaikan, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari, Ellfi, Selasa (3/1/2023).
Namun kata dia, jika dibandingkan dengan kasus di 2020, lebih banyak kasus di 2020 dibanding tahun 2022 dengan jumlah kematian yang sama atau di tiga tahun terakhir ini.
Sementara case fatalitiy rate atau jumlah kematian dibandingkan jumlah kasus yang ada di 2022 justru meningkat dari tahun 2021 lalu.
Di mana pada 2021 lalu kasus meninggal mencapai 1,6 persen dari total kasus dan di tahun 2022 mencapai 2,6 persen
“Artinya lebih banyak kasus meninggal di tahun ini dibandingkan tahun yang lalu. 2020 hanya 6 kasus, 2021 4 kasus dan 2022 kembali 6 kasus,” ungkapnya.
Ia membeberkan bahwa, kasus kematian paling banyak di Kecamatan Wua-Wua wilayah kerja Puskesmas Wua-Wua dan Puskesmas Puuwatu masing-masing sebanyak 2 kasus, kemudian Puskesmas Jati Raya dan Puskesmas Kemaraya masing-masing 1 kasus kematian.
Sementara dari angka kesakitannya, lebih banyak di Puuwatu yakni 56 kasus, disusul Puskesmas Lepo-lepo 33 kasus kemudian Puskesmas Jati Raya sebanyak 27 kasus. Meski demikian masih ada beberapa wilayah di Kota Kendari yang masih bebas kasus DBD, seperti di wilayah kerja Puskesmas Benu-benua, Puskesmas Abeli dan Puskesmas Nambo.
Ellfi menjelaskan, semua kasus kematian di 2022 ini diakibatkan karena keterlambatan penanganan ke fasilitas pelayanan kesehatan selanjutnya atau rujukan.
Menurutnya masih banyak masyarakat tidak menyadari gejala ketika terkena DBD atau kebanyakan anak yang mengalami DBD, hingga terlambat membawa ke fasilitas kesehatan dengan kondisi sudah shock berat. Akibatnya, dengan keterlambatan penanganan itu mengakibatkan si pasien meninggal.
“Ketika sudah didiagnosa DBD, seharusnya dirawat di rumah sakit menjalani penanganan untuk meningkatkan kadar trombosit dalam darahnya,” jelasnya.
Kendati itu, pihaknya terus mengimbau warga untuk tetap menerapkan dan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat. Termasuk segera datang ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat ketika mengalami gejala demam.
“Apalagi di musim pancaroba ini, jika mengalami gejala demam sebaiknya tidak membiarkan kejadian ini di rumah. Apalagi jika demamnya sudah lebih dari 3 hari, untuk memastikan jangan sampai memang ada indikasi yang mengarah ke penyakit DBD,” tutupnya.