ULASINDONESIA.COM,. KENDARI – Situasi ekonomi secara nasional maupun secara regional, diprediksi pada tahun 2023 akan mengalami keterlambatan, meskipun secara global negara-negara lain akan mengalami resesi.
Hal tersebut disampaikan, pengamat ekonomi yang juga akademisi Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Dr. Syamsir Nur, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (28/12/2022).
Keterlambatan itu kata dia, dapat dideteksi dari adanya kemungkinan gangguan supply chain, yakni gangguan eksternal terutama pada suplai ekspor maupun impor yang akan berkontribusi dalam menahan laju pertumbuhan ekonomi.
“Walaupun misalnya secara eksternal tadi ada perlambatan di aspek ekspor maupun impor, tapi saya masih optimis dan meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi kita ini masih kuat terutama dari aspek domestik,” ungkapnya.
Di mana, aspek domestik merupakan aspek konsumsi investasi dan pengeluaran pemerintah. Dari aspek pengeluaran kata dia, bisa dilihat bahwa sektor-sektor penopang utama pertumbuhan ekonomi relatif baik.
“Walaupun pro kontraksi tapi tidak terlalu dalam dan masih cukup bisa menahan tekanan terjadinya resesi atau penurunan dari sisi pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Adapun dampak yang cukup besar akan dirasakan dengan adanya resesi ekonomi, kemungkinan akan terganggu dari aspek ekspor impor.
“Misalnya gini Indonesia kan sudah banyak mendatangkan barang impor, beberapa kebutuhan kita mengimpor, dua hal terutama yaitu pada aspek pangan dan energi,” ungkapnya.
Kata dia, ketika terjadi kelangkaan suplai pangan dan energi maka kemudian, akan berimplikasi terhadap kelangkaan dalam negeri yang menyebabkan harga akan mengalami kenaikan atau akan terjadi inflasi.
Dimana, inflasi sektor pangan maupun energi dapat berpotensi mengganggu atau berkontribusi terhadap kenaikan inflasi sektor lain , seperti inflasi administered prices.
“Misalnya tarif angkutan, kemudian inflasi yang terkait dengan pola bursa terhadap komoditas kebutuhan pangan kita dan akan masuk pada inflasi indeks harga konsumtif dan itu problem,” ujarnya.
Kemudian lanjut dia, ada kemungkinan kondisi ekonomi Indonesia di tahun 2023 akan terganggu dari aspek kemampuan dalam menambah devisa, karena jika ekspor dan impor terganggu maka devisa juga akan menurun.
“Karena permintaan produk kita yang diekspor terhadap negara mitra kita mengalami kelesuan ekonomi permintaannya akan turun sehingga kemudian kita akan mengalami penerimaan devisa yang akan cenderung turun,” ungkapnya.
Namun kata dia, pada sisi yang lain Mitra dagang melakukan upaya untuk mengurangi ekspor ke Indonesia atau dengan kata lain laju impor itu akan berkurang terutama terkait krisis pangan.
“Krisis pangan ini, semua negara melakukan perlindungan dan upaya-upaya bagaimana mereka memenuhi kebutuhan domestik, jadi tidak terlalu jor-joran lagi mengimpor dan itu adalah problem,” katanya.
“Sehingga kemudian bukan hanya soal kelangkaan, tapi juga soal ada potensi penurunan devisa kita terhadap ekspor dan impor yang akan menurun,” tambahnya.
Adapun upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menghadapi resesi ekonomi di tahun 2023 adalah melakukan diversifikasi ekspor baik terhadap negara tujuan maupun diversifikasi terhadap komoditas.
“Kita tidak boleh lagi mengandalkan misalnya hanya pada dua negara, katakanlah Cina dan Hongkong, tapi kemudian kita harus melirik potensi pasar di negara lain,” bebernya.
Kemudian, pemerintah juga harus melakukan diversifikasi komoditas, misalnya pada sektor perikanan perkebunan yang kemudian potensinya didorong.
Adapun strategi yang harus dilakukan adalah bagaimana memperkuat ekonomi domestik karena goncangan eksternal daerah tidak mempunya kekuatan untuk mengintervensi lebih jauh.
“Dan itu unpredictible, maka kita harus memperkuat ekonomi domestik, seperti konsumsi investasi dan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah harus efektif pada belanja-belanja yang tepat yang bisa mempunyai efek terhadap ekonomi daerah,” tutupnya.