ULASINDONESIA.COM.,SULTRA – Program strategis Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), H. Ali Mazi, SH membangun Patung Pahlawan Nasional, Oputa Yi Koo (Sultan Himayatuddin Muhammad Sandi) di Bundaran Kantor Gubernur dan di Kota Baubau menuai banyak kritikan dan penolakan dari berbagai pihak yang mengatasnamakan Ormas Sultra. Mereka baru-baru ini beramai-ramai mendatangi kantor DPRD Sultra untuk menyampaikan penolakannya. Tak hanya Ormas, penolakan juga datang dari tokoh-tokoh politik Sultra, salah satunya Ketua Partai Demokrat Sultra.
Menanggapi hal tersebut, Ketua KNPI Kabupaten Buton, Ahmad Fandi menilai langkah dan tindakan yang dilakukan kelompok juga tokoh-tokoh tersebut adalah sangat kurang bijak , mengingat patung atau monumen yang akan dibangun adalah Pahlawan Nasional dari Sultra yang diangkat langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo atas nama Negara Republik Indonesia.
Ketua KNPI Buton menghimbau kepada seluruh elemen masyarakat jangan membuat perpecahan antara daratan (meliputi wilayah sedaratan dengan Kota Kendari) dan kepulauan (mencakup wilayah kabupaten/kota yang terpisahkan oleh perairan laut), mengingat selama ini program utama Gubernur Sultra dengan slogan GARBARATA Sultra (Gerakan Akselarasi Pemerataan Pembangunan Wilayah Daratan, Laut atau Kepulauan) menyeimbangkan pembangunan antara kepulauan dengan daratan.
“Kami berharap, pembangunan patung pahlawan yang telah diprogramkan Gubernur Sultra jangan dibilang berlebihan, terlebih membenturkan antara kepulauan dan daratan, apalagi ini menyangkut tokoh yang selama ini berjasa dalam melawan penjajah, berkontribusi terhadap pembangunan Sultra, dan Bangsa Indonesia,” ujar Fandi.
Ketokohan Oputa Yi Koo, kata Fandi, tidak perlu dipertanyakan lagi, karena tidak mudah prosesnya untuk dinobatlannya sebagai Pahlawan Nasional, kita masyarakat Sultra harus bangga punya sosok pahlawan yang lahir dari Bumi Anoa ini.
Orang nomor satu di KNPI Buton itu menegaskan, Kontribusi sosok Oputa Yi Koo dalam memerdekakan Indonesia telah tercatat nyata dalam lembaran sejarah Indonesia, jadi janganlah kemudian ada kelompok yang mencoba membenturkan dan mengedepankan isu SARA dalam melakukan penolakan pembangunan patung di Seputaran Bundaran Kantor Gubernur, apalagi hanya untuk kepentingan Politik semata.
“Kami menilai sudah sangat tepat bapak gubernur membangun patung tersebut di Kota Kendari sebagai Ibu Kota Sultra dalam Kapasitas Oputa Yi Koo sebagai Pahlawan Nasional, dan kami akan tetap mendukung dan mengawal pembangunan Patung Pahlawan Nasional di Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari,” tegas Fandi.
Pembangunan monumen pahlawan di ibu kota provinsi, tambah Fandi, sangat penting dilakukan karena selain sebagai salah satu icon Sultra, juga guna mengingatkan seluruh elemen masyarakat Sultra akan pentingnya nilai-nilai kepahlawanan dan kontribusi Oputa Yi Koo dalam memerdekakan Republik Indonesia.
“saya menyayangkan sikap saudara – saudaraku yang menolak pembangunan patung pahlawan Oputa Yi Koo, karena sikap tersebut sangat berlebihan. Untuk itu kami akan tetap membangun komunikasi dengan saudara-saudara kami yang menolak, yang mayoritas dari daratan agar dapat menerima sosok Pahlawan Nasional Oputa Yi Koo sebagai pahlawan dari Sultra bukan hanya dari kelompok atau suku Buton saja,” pungkas Fandi.