ULASINDONESIA.COM., OPINI – Belum lagi hilang pilu atas tragedi kematian massal akibat peristiwa Kanjuruhan pada bulan Oktober lalu, kini lagi-lagi Indonesia dikejutkan dengan peristiwa kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat.
Motif dibalik tragedi mengerikan itu juga masih menjadi misteri. Berbagai dugaan pun mulai timbul, namun sampai saat ini masih belum ditemukan titik terang, sehingga pihak Kepolisian masih terus mengusut kasus ini.
Sebelumnya, sempat disebutkan jika penyebab kematian Rudyanto Gunawan (71) yang merupakan kepala rumah tangga, kemudian istrinya K. Margaretha Gunawan (68), anaknya Dian (42), serta adik ipar Rudiyanto, Budyanto Gunawan (68), dikarenakan kelaparan.
Terkait hal ini, Ketua RT 07/15 Perumahan Citra Garden, Tjong Tjie Xian alias Asyung membantahnya. Asyung menyebut keluarga ini tergolong mampu, sehingga narasi soal mati kelaparan sangat tidak masuk akal.
“Ya sebenarnya itu tidak benar narasi seperti itu. Intinya semua itu tidak benar, warga pun sempat kaget terkait pemberitaan dan narasi tersebut,” ujarnya pada Minggu (13/11).
Jika melihat TKP yang merupakan perumahan tergolong mewah, sudah jelas ini keluarga mampu, mereka juga bukan tercatat sebagai penerima bantuan sosial.
Meski begitu, Asyung membenarkan fakta bahwasanya keluarga tersebut tergolong tertutup dalam berinteraksi dengan warga sekitar dan juga kepada saudaranya.
“Sangat-sangat tertutup ke lingkungan dan saudara. Silakan cek saja ke keluarganya, komunikasi ke saudara masak bisa sampai 20 tahun, 5 tahun, 2 tahun jarang ketemu,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi, turut angkat bicara soal penyebab kematian 1 keluarga itu. Terkait soal mati karena kelaparan, Hengki menilai hal itu belum bisa dipertanggungjawabkan.
“Artinya, diksi kematian disebabkan karena kelaparan itu belum bisa dipertanggungjawabkan,” kata Hengki.
Saat ini, penyelidikan terhadap kasus tersebut masih terus dengan berbagai cara. Lanjutnya.
“Yang pertama secara induktif, olah TKP sudah dilaksanakan. Kami sedang menunggu hasil dari kedokteran forensik maupun laboratorium forensik mengenai sebab-sebab kematian secara akurat,” jelas Hengki.(Kumparan News)
Membingungkan. Diantara berbagai macam dugaan yang melatarbelakangi terjadinya hal tersebut, masih tak ada satu pun yang bisa dipastikan.
Kurangnya interaksi sosial, atau bahkan minimnya ilmu agama bisa saja menjadi bagian dari penyebabnya.
Tak lepas dari itu, peran pemerintah juga sangat penting dalam mengetahui bagaimana kondisi dari setiap masyarakatnya. Karena sesungguhnya apapun yang menjadi kebutuhan dari rakyatnya adalah kewajiban dari pemerintah untuk mengayominya termasuk pula mensejahterakan nya.
Solusi Islam:
Fitrah manusia sebagai makhluk sosial membuat kita saling membutuhkan satu dengan yang lain. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Hujurat ayat 13,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku suku supaya kalian saling mengenal.”
Ketika menjalani kehidupannya dengan berbangsa-bangsa dan bersuku suku, secara sunnatullah manusia membutuhkan pemimpin yang dapat mengurus berbagai problem yang dihadapi. Itulah keistimewaan dan kepercayaan yang diberikan Allah SWT kepada manusia untuk memakmurkan bumi dan seisinya. Mengaruniakan berbagai fasilitas kehidupan untuk mereka. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Artinya: “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al-Isra’: 70)
أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَّعَ اللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ
Artinya: “Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.” (QS. An – Naml: 62)
Banyaknya aturan hidup yang Allah berikan kepada kita, merupakan bentuk dari kasih dan sayang-Nya kepada kita.
Allah memberikan aturan yang sangat komplit, dimulai dari hal remeh-temeh hingga hal yang menyangkut institusi negara, hal yang berkaitan dengan diri kita sendiri hingga hal-hal yang berkaitan dengan kemaslahatan ummat. Termasuk dalam hal hubungan antara rakyat dan pemerintah dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Allah SWT berfirman,
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ
“Untuk tiap-tiap umat di antara kalian, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (QS. Al-Maidah: 48)
Rakyat dan Pemerintah, Kesatuan yang Tak Bisa Dipisahkan
Dalam Islam, rakyat selaku anggota masyarakat dan pemerintah selaku penguasa yang mengurusi berbagai problem rakyatnya adalah kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Berbagai program yang dicanangkan oleh pemerintah tak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dan sambutan ketaatan dari rakyat. Berbagai problem yang dihadapi oleh rakyat juga tak akan usai tanpa kepedulian dari pemerintah. Gayung bersambut antara pemerintah dan rakyatnya menjadi satu ketetapan yang harus dipertahankan.
Ka’b al-Akhbar rahimahumallah berkata, “Perumpamaan antara Islam, pemerintah, dan rakyat laksana kemah, tiang, dan tali pengikat berikut pasaknya. Kemah adalah Islam, tiang adalah pemerintah, sedangkan tali pengikat dan pasaknya adalah rakyat. Tidaklah mungkin masingmasing dapat berdiri sendiri tanpa yang lainnya.” (Uyunul Akhbar karya al-Imam Ibnu Qutaibah 1/2)
Maka dari itu, hubungan yang baik antara rakyat dan pemerintahnya, dengan saling bekerja sama di atas Islam dan saling menunaikan hak serta kewajiban masing-masing, akan menciptakan kehidupan yang tenteram, aman, dan sentosa. Betapa indahnya bimbingan Islam dalam masalah ini. Sebuah aturan hidup dan jalan yang terang bagi manusia.
(Majalah Islam Asy-syariah)
Kini sudah jelas bahwa segala bentuk kebaikan itu berasal dari Islam, Interaksi antara pemimpin dan masyarakat pula telah di atur dalam Islam. Hingga tidak akan ada lagi kerusakan dan keputus asaan dari masyarakat karena kurangnya perhatian dari pemimpin.
Sehingga suasana yang tercipta hanyalah kedamaian dan kesejahteraan. Itu semua dapat terwujud hanya pada sistem Islam dalam bingkaian khilafah Islamiyyah.
Wallahu’alam bish-shawab.